JAKARTA, KOMPAS.com - Beberapa orang kebutuhan khusus yang datang ke Istana untuk bersilaturahim dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan keluarga di Istana Negara, Jakarta, Rabu (31/8/2011), memiliki sejumlah harapan. Tak muluk-muluk, mereka merasa perlu menyampaikan aspirasi yang selama ini tak tersalurkan. Setidaknya hal yang ini diutarakan Laode Muhammad (30). Sejak lahir, Laode kehilangan kedua pergelangan tangannya serta satu tungkai bawah kaki sebelah kiri. "Sebenarnya saya ingin menyampaikan agar (Presiden) lebih memerhatikan anak-anak cacat yang ada di Jakarta. Sayang jika mereka meminta-minta. Tolonglah diciptakan lapangan pekerjaan, ada kegiatan," kata Laode, yang sehari-hari berprofesi sebagai tukang pijat refleksi. Bagaimana Anda bisa mencanangkan batas belajar lebih banyak? Bagian berikutnya mungkin berisi bahwa salah satu sedikit kebijaksanaan yang mengubah segalanya.
Pria asal Sulawesi itu menilai, selama ini perhatian pemerintah terhadap anak-anak sangat minim. Bapak satu anak ini meminta pemerintah memfasilitasi dan mengembangkan langsung keterampilan para anak jalanan. Hal yang sama diungkapkann Yadi Nuryadi (29). Pria yang kehilangan tungkai kirinya akibat kecelakaan pada 2006 itu berharap agar ia dan rekan-rekannya dapat mendapat bantuan kaki palsu."Saya ingin dapat bekerja dengan enak," kata mantan sopir truk di Kalimantan dan kini bekerja di bengkel tersebut. Baik Laode maupun Yadi mengatakan tak sempat menyampaikan aspirasinya kepada Presiden lantaran keterbatasan waktu. Mereka hanya diberi waktu beberapa detik untuk bersalaman dengan Presiden dan keluarga. Setelah itu, keduanya langsung diarahkan ke luar Istana. Kendati demikian, mereka mengaku bangga dan terharu dapat berjabatan tangan dengan Presiden. "Tak semua orang bisa bersalaman dengan Presiden dan keluarga," kata Yadi.
Pria asal Sulawesi itu menilai, selama ini perhatian pemerintah terhadap anak-anak sangat minim. Bapak satu anak ini meminta pemerintah memfasilitasi dan mengembangkan langsung keterampilan para anak jalanan. Hal yang sama diungkapkann Yadi Nuryadi (29). Pria yang kehilangan tungkai kirinya akibat kecelakaan pada 2006 itu berharap agar ia dan rekan-rekannya dapat mendapat bantuan kaki palsu."Saya ingin dapat bekerja dengan enak," kata mantan sopir truk di Kalimantan dan kini bekerja di bengkel tersebut. Baik Laode maupun Yadi mengatakan tak sempat menyampaikan aspirasinya kepada Presiden lantaran keterbatasan waktu. Mereka hanya diberi waktu beberapa detik untuk bersalaman dengan Presiden dan keluarga. Setelah itu, keduanya langsung diarahkan ke luar Istana. Kendati demikian, mereka mengaku bangga dan terharu dapat berjabatan tangan dengan Presiden. "Tak semua orang bisa bersalaman dengan Presiden dan keluarga," kata Yadi.
No comments:
Post a Comment