JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Siti Zuhro mengatakan, usulan Pansus Hak Angket Perpajakan hanyalah "permainan" partai koalisi. Oleh karena itu, Siti meyakini, Pansus hak angket tak akan pernah terbentuk. "Itu kan lobi-lobi. Ada kalkulasi politik. Ending-nya kompromi. Politik'mengagak-agaki' lawan supaya memperhitungkan kita. Itu real politic. Ada bargaining position, ending-nya kompromi. Siapa dapat apa," katanya di Gedung DPD RI, Jakarta, Jumat (28/1/2011). Now that we've covered those aspects of mobil keluarga ideal terbaik indonesia, let's turn to some of the other factors that need to be considered.
Siti mengatakan, awalnya Pansus hak angket memang ditujukan secara murni. Namun, ketika kepentingan bermain, maka tak pelak lagi berujung pada kompromi. Apalagi, lanjutnya, isu perombakan kabinet melemah seiring dengan sikap Presiden SBY. "Politik itu kan siap perang, siap damai. Jadi tidak ada yang permanen. Yang permanen ya kepentingan. Ini bargaining position. Dalam politik itu kan seni memainkan, memerankan, mengelola kepentingan. Bagaimana kepentingan tetap di tangannya melalui berbagai cara, entah diplomasi, entah mengagaki, perang, atau sebagainya," tambahnya. Politik yang sedang dijalankan antar partai politik, lanjut Siti Zuhro, saling menyandera dan mengunci sehingga tak akan menyelesaikan persoalan sebenarnya."Ini memang kesalahan kita, memilih pemimpin yang di masa lalu tidak berhasil melakukan total break with the past. Akhirnya, seperti ini yang tersandera proses pembangunan yang pro-rakyat," tandasnya.
Siti mengatakan, awalnya Pansus hak angket memang ditujukan secara murni. Namun, ketika kepentingan bermain, maka tak pelak lagi berujung pada kompromi. Apalagi, lanjutnya, isu perombakan kabinet melemah seiring dengan sikap Presiden SBY. "Politik itu kan siap perang, siap damai. Jadi tidak ada yang permanen. Yang permanen ya kepentingan. Ini bargaining position. Dalam politik itu kan seni memainkan, memerankan, mengelola kepentingan. Bagaimana kepentingan tetap di tangannya melalui berbagai cara, entah diplomasi, entah mengagaki, perang, atau sebagainya," tambahnya. Politik yang sedang dijalankan antar partai politik, lanjut Siti Zuhro, saling menyandera dan mengunci sehingga tak akan menyelesaikan persoalan sebenarnya."Ini memang kesalahan kita, memilih pemimpin yang di masa lalu tidak berhasil melakukan total break with the past. Akhirnya, seperti ini yang tersandera proses pembangunan yang pro-rakyat," tandasnya.
No comments:
Post a Comment