JAKARTA, KOMPAS.com- Staf Ahli Presiden Bidang Komunikasi Politik Daniel Sparinga mengungkapkan, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono bukanlah orang yang pandai bersolek dalam menampilkan citra diri di depan publik. Olehkarenanya, Daniel merasa terkejut jika masyarakat menilai bahwa Presiden lebih mengedepankan citra diri dalam setiap kesempatan. "Presiden betul-betul mengandalkan naluri pribadi yang apa adanya,dan seringkali tidak tampak terlalu baik atau elok di depan publik," katanya seusai mengikuti diskusi polemik di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (15/1/2011). Once you begin to move beyond basic background information, you begin to realize that there's more to mobil keluarga ideal terbaik indonesia than you may have first thought.
Presiden, kata Daniel, menampilkan diri secara apa adanya seperti tidak mudah tertawa lepas atau tidak dapat menyembunyikan kekecewaannya. "Jarang tertawa, diapakan tidak bisa lepas tertawa. Tapi itu mungkin yang disebut dengan bawaan bayi, mungkin," ujarnya. "Contohnya ketika melihat mikropon tidak berfungsi, beliau tidak dapat menyembunyikan. Bukan hanya kekecewaan di depan, tapi juga kegusarannya. Kalau poliitisi handal. dia akan menanggapi secara diplomatik," tambah Daniel. Terhadap masalah komunikasi politik Presiden tersebut, semula Daniel menilai bahwa ketidakmampuan Presiden menjaga citra tidak akan baik terhadap dirinya. Namun, belakangan sebagai staf ahli komunikasi politik, Daniel mulai berhenti berharap dapat mengubah karakter pribadi Presiden. Istana, katanya, lebih memilih untuk membiarkan Presiden tidak tampak elok di depan publik namun jujur mengelola negeri dibanding menjadikan Presiden tampak elok namun pandai berdusta. Meskipun, dengan begitu Istana akan menanggung ongkos karena "ketidakelokan" Presiden seringkali menjadi bulan-bulanan publik. "Ya itu ongkos yang tidak mudah dipikul Istana. Itu terasa, tapi saya jaga sampai pada tahap tidak merontokkan kepercayaan siapapun," katanya.
Presiden, kata Daniel, menampilkan diri secara apa adanya seperti tidak mudah tertawa lepas atau tidak dapat menyembunyikan kekecewaannya. "Jarang tertawa, diapakan tidak bisa lepas tertawa. Tapi itu mungkin yang disebut dengan bawaan bayi, mungkin," ujarnya. "Contohnya ketika melihat mikropon tidak berfungsi, beliau tidak dapat menyembunyikan. Bukan hanya kekecewaan di depan, tapi juga kegusarannya. Kalau poliitisi handal. dia akan menanggapi secara diplomatik," tambah Daniel. Terhadap masalah komunikasi politik Presiden tersebut, semula Daniel menilai bahwa ketidakmampuan Presiden menjaga citra tidak akan baik terhadap dirinya. Namun, belakangan sebagai staf ahli komunikasi politik, Daniel mulai berhenti berharap dapat mengubah karakter pribadi Presiden. Istana, katanya, lebih memilih untuk membiarkan Presiden tidak tampak elok di depan publik namun jujur mengelola negeri dibanding menjadikan Presiden tampak elok namun pandai berdusta. Meskipun, dengan begitu Istana akan menanggung ongkos karena "ketidakelokan" Presiden seringkali menjadi bulan-bulanan publik. "Ya itu ongkos yang tidak mudah dipikul Istana. Itu terasa, tapi saya jaga sampai pada tahap tidak merontokkan kepercayaan siapapun," katanya.
No comments:
Post a Comment