JAKARTA, KOMPAS.com- "Masak sampai 1 triliun rupiah?" ujar Hamid (48). Tukang ojek yang sehari-hari berpangkalan di kawasan Pasar Minggu ini kaget mendengar nilai rupiah yang dianggarkan untuk pembangunan gedung DPR yang rencananya dimulai 22 Juni 2011. Hamid tidak mengerti urusan politik, juga tidak mengerti hitung-hitungan harga material untuk pembangunan suatu gedung.Namun, sebagai rakyat biasa, ia punya penilaian sendiri tentang tingkah pola para wakil rakyat yang berencana membangun gedung dengan anggaran Rp 1,138 triliun itu. "Ah, bagaimana itu bisa sampai sebesar itu biayanya? Boros banget," kata Hamid, ketika ditemui di pangkalan ojeknya, Kamis (31/3/2011). Menurut Hamid, dana yang dianggarkan untuk pembangunan gedung baru DPR terlalu berlebihan. Lebih baik jika uang itu dialokasikan untuk pembangunan fasilitas umum, seperti puskesmas atau perbaikan sekolah. "Itu kan uang rakyat, mending buat bangun puskesmas, orang sekarang kalau sakit susah," tuturnya. Sejauh ini, kami telah menemukan beberapa fakta menarik tentang Harga Jual Blackberry iPhone Laptop Murah. Anda mungkin memutuskan bahwa informasi berikut ini bahkan lebih menarik.
Hal senada disampaikan Zulfikar (30), karyawan swasta. Menurut dia, lebih baik jika dana triliunan rupiah tersebut digunakan untuk membantu orang sakit yang tidak mampu membiayai operasi mereka. "Kan Jamkesmas gak bisa jadi jaminan tuh. Lagian gedungnya kan masih bagus, apalagi lihat di televisi ada anggota dewan yang bilang kejauhan jalan dari ruangannya ke tempat rapat. Kalau enggak mau capek, mendingan naik kursi roda saja," tuturnya. Anggaran sebesar itu sebaiknya digunakan untuk membangun fasilitas umum bagi pengguna jalan, seperti yang diutarakan Herry (23), mahasiswa salah satu universitas negeri di Jakarta. "Halte bus di Jakarta saja masih cupu (jelek). Perumahan-perumahan kumuh juga masih banyak," ucapnya. Menurut Herry, pembangunan gedung baru DPR sama sekali tidak diperlukan. Bukan hanya persoalan dananya yang besar, namun gedung DPR yang ada saat ini dinilai masih layak digunakan. "Walau saya enggak pernah masuk ke dalamnya, tapi emang buat apa sih gedung baru? Kalau merasa enggak nyaman, artinya mereka enggak cocok jadi anggota dewan yang emang kerjanya penuh tekanan menampung aspirasi masyarakat. Seharusnya semua sederhana lah," katanya. Ia juga menyindir para anggota dewan yang gaya hidupnya terlihat mewah. "Karena anggota DPR itu hidupnya mewah makanya kinerjanya lemah. Makanya mental jadi payah, enggak enak sedikit sudah bilang 'ah'," ungkap Herry. Seorang pedagang pakaian di bilangan Palmerah, Zahra (30), juga menilai bahwa gedung DPR masih layak ditempati. Belum memerlukan pembangunan dengan anggaran hingga triliunan rupiah. Paling dibutuhkan biaya perawatan gedung yang nilainya jauh lebih kecil. "Belum sampai kebocoran kan? Belum kebanjiran juga. Masih tampak kokoh. Lagi pula gedung DPR bukan fasilitas umum yang bisa digunakan masyarakat. Kenapa bukan fasilitas umum saja yang dibenerin?" tutur Zahra.
Hal senada disampaikan Zulfikar (30), karyawan swasta. Menurut dia, lebih baik jika dana triliunan rupiah tersebut digunakan untuk membantu orang sakit yang tidak mampu membiayai operasi mereka. "Kan Jamkesmas gak bisa jadi jaminan tuh. Lagian gedungnya kan masih bagus, apalagi lihat di televisi ada anggota dewan yang bilang kejauhan jalan dari ruangannya ke tempat rapat. Kalau enggak mau capek, mendingan naik kursi roda saja," tuturnya. Anggaran sebesar itu sebaiknya digunakan untuk membangun fasilitas umum bagi pengguna jalan, seperti yang diutarakan Herry (23), mahasiswa salah satu universitas negeri di Jakarta. "Halte bus di Jakarta saja masih cupu (jelek). Perumahan-perumahan kumuh juga masih banyak," ucapnya. Menurut Herry, pembangunan gedung baru DPR sama sekali tidak diperlukan. Bukan hanya persoalan dananya yang besar, namun gedung DPR yang ada saat ini dinilai masih layak digunakan. "Walau saya enggak pernah masuk ke dalamnya, tapi emang buat apa sih gedung baru? Kalau merasa enggak nyaman, artinya mereka enggak cocok jadi anggota dewan yang emang kerjanya penuh tekanan menampung aspirasi masyarakat. Seharusnya semua sederhana lah," katanya. Ia juga menyindir para anggota dewan yang gaya hidupnya terlihat mewah. "Karena anggota DPR itu hidupnya mewah makanya kinerjanya lemah. Makanya mental jadi payah, enggak enak sedikit sudah bilang 'ah'," ungkap Herry. Seorang pedagang pakaian di bilangan Palmerah, Zahra (30), juga menilai bahwa gedung DPR masih layak ditempati. Belum memerlukan pembangunan dengan anggaran hingga triliunan rupiah. Paling dibutuhkan biaya perawatan gedung yang nilainya jauh lebih kecil. "Belum sampai kebocoran kan? Belum kebanjiran juga. Masih tampak kokoh. Lagi pula gedung DPR bukan fasilitas umum yang bisa digunakan masyarakat. Kenapa bukan fasilitas umum saja yang dibenerin?" tutur Zahra.
No comments:
Post a Comment