JAKARTA, KOMPAS.com " Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Marzuki Alie menilai tidak ada pihak yang bermain dalam bentrokan di Ambon, Maluku. Kerusuhan itu, menurut Marzuki, murni karena kesalahpahaman warga terkait kematian Darfin Saimen (32), tukang ojek. "Saya yakin ini kesalahpahaman," kata Marzuki di Kompleks DPR, Selasa (13/9/2011). Marzuki mengatakan, saat ini sangat cepat menyebarkan informasi setelah hampir semua warga memiliki ponsel. Hal sepele, kata dia, bisa cepat membesar, lalu memicu konflik lantaran informasi yang menyesatkan. Semakin banyak informasi otentik tentang
Anda tahu, semakin banyak orang mungkin adalah untuk mempertimbangkan Anda ahli
. Baca terus untuk fakta
bahkan lebih yang Anda dapat berbagi.
Marzuki tak sependapat dengan pandangan sejumlah pihak bahwa intelijen kecolongan. "Kalau ini direncanakan, itu persoalan intelijen. Namun, (kerusuhan) ini kan tidak direncanakan. Gimana mau tahu kalau SMS-nya cepat menyebar," kata dia. Apakah aparat penegak hukum di Ambon harus bertanggung jawab atas kerusuhan itu? "Kita lihat langkahnya, cepat enggak? Kalau langkahnya cepat dan cepat selesai, saya kira Kapolda (Maluku) harus diberi penghargaan. Kejadian itu kan tidak bisa diduga. SMS itu dalam hitungan menit. Gimana pantaunya?" tutur dia. "Yang penting antisipasinya cepat. Namun, kalau sampai dua atau tiga hari masih terus berlanjut, itu persoalannya lain. Ini saya lihat cepat diselesaikan," tutur politikus Partai Demokrat itu. Seperti diberitakan, pertikaian di Ambon terjadi karena salah paham terkait meninggalnya Darfin, tukang ojek asal Waihaong, Kecamatan Nusaniwe, Sabtu pukul 21.45. Keluarga dan warga yang mengenal Darfin menduga korban dibunuh. Padahal, Darfin meninggal karena kecelakaan seusai mengantarkan penumpang. Dia menabrak pohon dan rumah warga hingga akhirnya tewas.
Anda tahu, semakin banyak orang mungkin adalah untuk mempertimbangkan Anda ahli
. Baca terus untuk fakta
bahkan lebih yang Anda dapat berbagi.
Marzuki tak sependapat dengan pandangan sejumlah pihak bahwa intelijen kecolongan. "Kalau ini direncanakan, itu persoalan intelijen. Namun, (kerusuhan) ini kan tidak direncanakan. Gimana mau tahu kalau SMS-nya cepat menyebar," kata dia. Apakah aparat penegak hukum di Ambon harus bertanggung jawab atas kerusuhan itu? "Kita lihat langkahnya, cepat enggak? Kalau langkahnya cepat dan cepat selesai, saya kira Kapolda (Maluku) harus diberi penghargaan. Kejadian itu kan tidak bisa diduga. SMS itu dalam hitungan menit. Gimana pantaunya?" tutur dia. "Yang penting antisipasinya cepat. Namun, kalau sampai dua atau tiga hari masih terus berlanjut, itu persoalannya lain. Ini saya lihat cepat diselesaikan," tutur politikus Partai Demokrat itu. Seperti diberitakan, pertikaian di Ambon terjadi karena salah paham terkait meninggalnya Darfin, tukang ojek asal Waihaong, Kecamatan Nusaniwe, Sabtu pukul 21.45. Keluarga dan warga yang mengenal Darfin menduga korban dibunuh. Padahal, Darfin meninggal karena kecelakaan seusai mengantarkan penumpang. Dia menabrak pohon dan rumah warga hingga akhirnya tewas.
yang nonesensial? Kita semua melihat hal-hal dari sudut yang berbeda, sehingga sesuatu yang relatif tidak signifikan untuk yang satu akan sangat penting untuk yang lain.
No comments:
Post a Comment